Selasa, 15 Maret 2011

INDIKATOR PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Akibat atau dampak dari krisis ekonomi atau "Krismon" yang terjadi pada tahun 1998 masih kita rasakan sampai saat ini. Namun kalau kita lihat dari tahun ke tahun, kecenderungan perekonomian kita semakin membaik. Salah satu indikatornya dapat dilihat dari nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing. Semakin kuat nilai tukar Rupiah, mengindikasikan perekonomian kita semakin baik. Kalau pada tahun 1998, kurs US$ mencapai Rp 17.000. Kemudian terus turun hingga sekitar Rp 7.000,- per US$. Setelah itu berfluktuasi sekitar Rp 9.000,-. Namun, pada tahun ini atau pada akhir-akhir terjadi lagi krisis ekonomi global. Akibatnya nilai tukar Rupiah kembali melemah menjadi sekitar Rp 12.000,- per US$.

Turun naiknya perekonomian nasional dapat dilihat dari Data Statistik yang dipublikasikan setiap bulan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pada bulan Desember 2008 BPS mempublikasikan Berita Resmi Statistik yang mencakup inflasi, ekspor dan impor, harga gabah, nilai tukar petani, upah buruh, dan pariwisata.

•1.     
Inflasi
Pada  bulan November 2008 terjadi inflasi 0,12 persen dengan IHK sebesar 113,90.  Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pinang 1,51 persen dan terendah terjadi di Maumere 1,63 persen.
 
Laju inflasi tahun kalender (Januari-November) 2008 sebesar 11,10 persen, sedangkan laju inflasi "year on year" (November 2008 terhadap November 2007) sebesar 11,68 persen.
 
Data diatas menunjukkan bahwa inflasi kita relatif sama dengan tahun lalu, antara 11 - 12%. Jika inflasi bulan Desember 2008 sama dengan bulan November 2008, maka inflasi tahun ini sebesar 11,22%, masih lebih rendah 0,46% dari inflasi tahun lalu.

•2.      Ekspor dan Impor
Nilai ekspor Indonesia Oktober 2008 mencapai US$ 10,81 miliar atau mengalami penurunan sebesar 11,61 persen dibanding ekspor September 2008. Sementara bila dibanding ekspor Oktober 2007 mengalami peningkatan sebesar 4,92 persen.

Nilai impor Indonesia Oktober 2008 mencapai US$ 10,61 miliar, turun 5,30 persen dibandingkan September 2008. Impor terdiri dari impor migas sebesar US$ 1,88 miliar (17,72 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 8,73 miliar (82,28 persen). Sedangkan selama Januari-Oktober 2008 nilai impor Indonesia mencapai US$ 112,17 miliar dengan impor migas sebesar US$ 28,07 miliar (25,02 persen) dan impor nonmigas sebesar US$ 84,10 miliar (74,98 persen).

Data diatas menunjukkan bahwa ekspor kita meningkat dari tahun lalu sebesar 26,92% (periode Januari - Oktober), dimana ekspor migas naik 49,87% dan nonmigas naik 21,63%. Peningkatan kegiatan/nilai ekspor impor mencerminkan perekonomian kita lebih baik dari tahun sebelumnya. Hal yang lebih menggembirakan lagi adalah bahwa peranan ekspor nonmigas kita memberi kontribusi 77,90% dari total ekspor. Dari segi impor, impor non migas memberi kontribusi sebesar 74,98% dari total impor nasional. Ini menunjukkan bahwa kegiatan perdagangan luar negeri kita semakin mengandalkan sektor nonmigas.

•3.      Harga Gabah
Rata-rata harga gabah di tingkat petani pada November 2008 dibandingkan Oktober 2008 untuk kualitas Gabah Kering Giling (GKG) keadaannya relatif stabil, kualitas Gabah Kering Panen (GKP) mengalami kenaikan hanya sebesar 0,08 persen, sedangkan kualitas rendah/di luar kelompok kualitas mengalami penurunan sebesar 1,50 persen.

Harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 1.975,- per kg dijumpai di Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah (kualitas rendah). Harga tertinggi sebesar Rp 3.400,- per kg dijumpai di Kabupaten Serdang Bedage dan Labuhan Batu, Provinsi Sumatera Utara (kualitas GKP).

•4.      Nilai Tukar Petani
Pada bulan Oktober 2008, Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) tercatat 97,64. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 97,08, Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) 102,12; Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 101,75; dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) 103,01. Secara gabungan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional sebesar 99,20 yang berarti mengalami penurunan sebesar 2,45 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Pengertian Nilai Tukar Petani (NTP) adalah Rasio antara Indeks Harga yang diterima Petani dengan Indeks Harga yang dibayar untuk keperluan konsumsi rumah tangga serta keperluan produksi pertanian, yang dinyatakan dalam persen. NTP merupakan indikator yang digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan petani.
Interpretasi angka NTP:
  • NTP > 100 : Daya beli petani lebih baik dari daya beli petani pada saat tahun dasar
  • NTP = 100 : Daya beli petani sama dengan daya beli petani pada saat tahun dasar
  • NTP < 100 : Daya beli petani lebih rendah dari daya beli petani pada saat tahun dasar
Untuk NTP nasional bulan oktober 2008 sebesar 99,20 yang berarti daya beli petani lebih rendah dari pada daya beli petani pada tahun dasar. Tahun dasar yang digunakan adalah Tahun 2007. Penurunan NTP ini disebabkan terjadinya penurunan harga hasil produksi pertanian, di sisi lain harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian naik.

•5.      Upah Buruh
Upah nominal harian buruh tani Nasional pada Oktober 2008 naik sebesar 0,25 persen dibanding upah September 2008, yaitu dari Rp 35.455,- menjadi Rp 35.554,- per hari. Secara riil mengalami penurunan sebesar 0,33 persen

Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada November 2008 naik 1,76 persen dibanding upah Oktober 2008, yaitu dari Rp 52.440,- menjadi Rp 53.362,- per hari. Secara riil naik sebesar 1,63 persen.

Upah nominal bulanan buruh industri pada triwulan II-2008 naik sebesar 3,39 persen dibanding upah triwulan I-2008 yaitu dari Rp 1.189.270,- menjadi Rp 1.229.580,- per bulan, secara riil turun 1,05 persen. Dibanding upah triwulan II-2007 (year on year), upah nominal naik 22,50 persen.
 
Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya belu upah buruh, dan sebaliknya.
 
•6.      Pariwisata
Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia pada Oktober 2008 mencapai 529,4 ribu orang atau naik 21,34 persen dibandingkan jumlah wisman Oktober 2007 sebanyak 436,3 ribu orang. Dibanding September 2008 mengalami kenaikan sebesar 5,66 persen.

Tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang di 14 provinsi pada September 2008 mencapai rata-rata 42,66 persen atau turun 12,53 poin dibanding TPK Agustus 2008 yang besarnya 55,19 persen. TPK hotel berbintang di Bali turun 1,25 poin, yaitu dari 69,94 persen pada Agustus 2008 menjadi 68,69 persen pada September 2008.

Rata-rata lama menginap tamu asing dan Indonesia pada hotel berbintang di 14 Provinsi selama September 2008 adalah 2,57 hari, naik 0,51 hari dibanding Agustus 2008.

Data di atas menunjukkan bahwa jumlah wisman pada periode Januari - Oktober 2008 meningkat 13,07% dibanding jumlah wisman pada periode yang sama tahun 2007. Hal ini merupakan salah satu indikator bahwa masyarakat internasional memandang situasi di Indonesia semakin aman. Kepercayaan masyarakat internasional terhadap keamanan di Indonesia juga tercermin dari semakin lamanya wisman tinggal di hotel-hotel.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar